Pusakanesia

Pusaka Negeri Untuk Berbakti

 
Aku
Hanya orang biasa yang suka memandangi keindahan masa kini. Aku suka menikmati indahnya masa silam pada bentuk yang masih tersisa. Aku hanya ALIM yang ingin berbagi apa yang pernah aku baca, aku lihat, dan aku dengar. Aku hanya ALIM yang ingin bersama-sama menjaga kenangan sejarah yang masih tersisa.
Aksi
Asa
Menapak kembali jalanan hidup. Walau kerikil khilaf dan salah menghadang, tetap harus kita tatap. Setelah sebulan kita berusaha membasuh jiwa, agar di 1 Syawal bisa kembali ke fitrah. Mari saling buka hati untuk menebar maaf. Melanglang hari baru dengan jiwa bersih dan tujuan mulia, menjadi hamba dengan ridho Ilahi. Amin!
Aktif

Free shoutbox @ ShoutMix
Hit
free hit counters
Sejarah Surabaya
06 Agustus 2007
Butotan Jadi Bubutan

Pesatnya pertumbuhan kota mengancam eksistensi kampung. Dongeng tentang kampung, terlebih berkaitan dengan asal-usul terbentuknya merupakan keasyikan tersendiri. Namun demikian tidak mudah adanya untuk menuangkan dalam tulisan secara jelas.
Johan Silas, Prof. menyebutnya, hal ini terkait dengan ragam versi yang sangat kaya dan hidup. Dalam buku Surabaya Lintas dan Langkah (1994), ahli tata kota ini menyatakan, "Kayanya dongeng-dongeng di Surabaya sama kayanya dengan nama dan arti yang disandang kampung-kampung bersangkutan."
Menilik keberadaan kerajaan kecil Surabaya, yaitu berdiri sekitar tahun 1365. Di awal kehadirannya memang berupa kelompok-kelompok kampung, yang konon, berada di sekitar Kali Mas. Beberapa kampung merupakan bentukan pihak keraton sebagai bagian dari fasilitas bagi kalangan istana. Sementara kampung Kraton sendiri, juga kampung Carikan, kabarnya dulu berada di antara jalan Pahlawan dan jalan Kramat Gantung yang sekarang.
Kelengkapan kraton ini diantaranya adalah adanya alun-alun yang berada di sebelah Utara kraton. Dan di alun-alun ini kabarnya terdapat lapangan Kawatan (yang diambil dari nama salah satu jenis tanaman) dan Kebon Rojo. Kemudian dalam perjalanan menjadi kampung Kawatan (di sebelah Barat kraton), dan kampung Kebon Rojo (di sebelah Utaranya).
Di sebelah Selatan kampung Kawatan juga terdapat kampung Tumenggungan. Sesuai namanya, kampung ini merupakan tempat bermukim para Tumenggung kerajaan Surabaya. Kemudian juga terdapat kampung Maspatih, kampung ini merupakan tempat tinggal para patih yang bertugas langsung di karaton. Sementara para patih yang bertugas luar atau yang langsung berhubungan dengan rakyat di berikan lokasi tempat tinggal di sebelah Timur karaton, disebut kampung Kepatihan.
Di sekitar kampung Tumenggungan terdapat kampung Praban. Kawasan ini merupakan tempat tinggal para Prabu Kerajaan Surabaya. Kemudian agak ke Barat, terdapat kampung Kranggan. Ini merupakan tempat tinggal para ronggo, alias para pembuat keris.
Johan Silas menyebutkan masih ada dua kampung lagi sebenarnya di kawasan tersebut. Yaitu kampung Ngabla dan kampung Panayatan, sayangnya kedua kampung tersebut kini sudah hilang. Ngabla adalah mereka yang bertugas sebagai juru bicara kerajaan. Sedangkan Panayatan adalah orang-orang yang menjabat sebagai pengurus kerajaan, bisa jadi mereka adalah kumpulan para penasehat raja.
Di sebelah selatannya Kranggan terdapat kampung Ketandan. Kata ketandan berasal dari kata Ketandang atau Prang tandang yang berarti prajurit pengawal. Jadi kampung ini merupakan kediaman para prajurit pengawal kerajaan Surabaya.
Masih di bagian barat kraton, juga terdapat kampung Bubutan. Konon, nama Bubutan berasal dari kata Butotan. "Butotan sendiri merupakan istilah untuk pintu gerbang yang tanpa sekat," jelas Silas pada Mossaik.
Gerbang ini menghubungkan antara kampung Tumenggungan dengan Kraton di masa Adipati Surabaya itu, seorang tokoh legenda di ranah Surabaya jaman silam. Silas mengindikasi kata Bubutan ini lebih merupakan transliterasi dari nama butotan menjadi Bubutan.
Tidak salah bila disebut-sebut bahwa eksistensi kampung Bubutan masih terkait dengan era kraton di masa silam. Di mana lokasinya memang berada di kawasan sekitar Tugu Pahlawan dan sekitarnya. Di dalam lingkup kraton, selain pintu gerbang Utara dan Selatan yang dilengkapi dengan alun-alun Kebun Rojo di Utara dan alun-alun Contong di Selatan, di sisi Barat dan Timur dibuat gerbang pula.
Di sisi Barat, karena yang melintas adalah pejabat penting kerajaan, maka pintunya dibuat khusus dan kuat, dari sana pula arti kata butotan. Sedangkan di sebelah Timur keraton dibuat pula gerbang, yang kemudian disebut dengan Lawang Seketeng.
Waktu terus berputar, beriring dengan perubahan yang menjadi keniscayaan. Akankah sisa goresan sejarah turut sirna, walau itu sekedar nama. Bubutan hanya satu dari sekian kampung yang menjadi cikal Kota Metropolis Surabaya. Kampung-kampung yang lain masih ada, jangan pula tergerus khasanah warisan sejarahnya.-az alim

*Dimuat di Majalah Mossaik, Edisi Mei 2006

Label:

posted by Alim @ Senin, Agustus 06, 2007  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
About Me

Name: Alim
Home: Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
E-mail: parama.j@gmail.com
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Template by

Free Blogger Templates

BLOGGER