Pusakanesia

Pusaka Negeri Untuk Berbakti

 
Aku
Hanya orang biasa yang suka memandangi keindahan masa kini. Aku suka menikmati indahnya masa silam pada bentuk yang masih tersisa. Aku hanya ALIM yang ingin berbagi apa yang pernah aku baca, aku lihat, dan aku dengar. Aku hanya ALIM yang ingin bersama-sama menjaga kenangan sejarah yang masih tersisa.
Aksi
Asa
Menapak kembali jalanan hidup. Walau kerikil khilaf dan salah menghadang, tetap harus kita tatap. Setelah sebulan kita berusaha membasuh jiwa, agar di 1 Syawal bisa kembali ke fitrah. Mari saling buka hati untuk menebar maaf. Melanglang hari baru dengan jiwa bersih dan tujuan mulia, menjadi hamba dengan ridho Ilahi. Amin!
Aktif

Free shoutbox @ ShoutMix
Hit
free hit counters
Malang Lama
10 September 2007
GEMEENTEHUIS
Tak jadi berbentuk udang.

Malang ditetapkan sebagai Kota Praja sejak 1914, namun pada masa itu pemerintahan masih diurus oleh Gemeenteraad (Dewan Kota), tidak serta-merta mempunyai gedung sebagai pusat pemerintahan. Bahkan, gedungnya sendiri baru rampung sekitar tahun 1929. "Ada rentang waktu sekitar 15 tahun, baru punya balai kota," tutur Dwi Cahyono. Secara resmi kantor balai kota ini dibuka pada tahun 1930.
Gagasan perencanaan gedung balai kota ini muncul pada akhir 1926 (pada saat Walikota pertama, HI. Bussemaker). Proses pembangunan balai kota ini juga sangat menarik. Rancangan bangunan pusat pemerintahan ini konon disayembarakan. Diikuti sebanyak 22 orang perancang yang rata-rata berkebangsaan Belanda dan Perancis.
Berdasar hasil rapat dewan pada 14 Pebruari 1927, diputuskan rancangan H.F. Forn (arsitek berkebangsaan Belanda) yang paling baik. Rancangan dengan motto Vor de Burgers Van Malang (Untuk Warga Kota Malang) milik Forn dianggap paling sesuai.
Pembangunan pun dilakukan mulai tahun 1927, sekitar dua tahun masa pembangunan. Untuk pembangunan saja menelan biaya sebesar 287.000 gulden. Sementara untuk kebutuhan melengkapi perabot di dalamnya, menghabiskan uang sebanyak 12.325 gulden. Rancangan interior pada bangunan ini digarap oleh C. Citroen.
Bangunan yang menghadap ke alun-alun bunder ini luas, dimana bagian belakangnya berhadapan langsung dengan Sungai Brantas. Bentuk awal rancangan Forn, bangunan balai kota ini dari tampak atas bentuknya seperti kepala udang, dengan dua kakinya ke depan. Pembangunanya kemudian dilakukan secara bertahap. Dari bagian utama, kemudian berlanjut ke dua bagian sampingnya.
Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, ternyata tidak semua bagian bisa diwujudkan. Diantaranya, bentuk kedua kakinya tidak bisa dibanguan. "Sayang, tidak semua bagian bisa terwujud. Padahal kalau bisa akan sangat cantik," sergah Dwi lagi.
Di awal bangunan ini memang di proyeksikan sebagai bagunan terbuka. Mungkin karena fungsinya untuk pusat layanan pemerintahan. Namun dalam perkembangannya, kembali untuk pertimbangan keamanan, pandangan ke bangunan ini harus terhalang oleh pagar.
"Oya, saya ingat dulu di tengah-tengah alun-alun bunder itu ada jam raksasa di atas tanah. Dan pagar taman dan balai kota juga belum ada. Sangat cantik, entah kenapa kemudian di bongkar," paparnya lagi. Dwi menilai, adanya pagar itu justru mengurangi kecantikan taman dan view balai kota itu.
Secara fisik bangunan balai kota ini, terdiri dari dua lantai. Setidaknya kini terbagi menjadi 17 ruang dari masing-masing bagian dalam pemerintahan Kota Malang. Ruang Walikota dan wakilnya serta ruang sidang berada di lantai dua.
Konon, bangunan ini sempat di renovasi sebanyak dua kali. Pertama yaitu pada bagian depannya dipasang kanopi atau sosoron. Dan renovasi kedua mencabut kembali sosoran tersebut, maksudnya untuk mengembalikan ke desain awalnya.
"Dalam perjalanannya, pengembangan gedung ini lebih dilakukan ke bagian belakang," jelas Drs. P. Alwiyono SH, Kabag Humas Pemkot Malang. Menurutnya secara rutin dilakukan perawatan, tanpa merubah bentuk aslinya. Beberapa bagian yang disentuh hanya pada interior, seperti plafon. Sementara bentuk pintu atau jendela yang asli tetap dipertahankan. Bangunan bernilai sejarah ini, tetap dijaga dan terawat, walau cakupan layanan pemerintah kota kepada masyarakat semakin meluas. Di antara salah satu solusinya dengan membangun bangunan-bangunan baru di belakang Gemeentehuis itu.-az alim

*
Dimuat di Majalah Mossaik, Edisi April 2006

Label:

posted by Alim @ Senin, September 10, 2007  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
About Me

Name: Alim
Home: Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
E-mail: parama.j@gmail.com
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Template by

Free Blogger Templates

BLOGGER