Pusakanesia

Pusaka Negeri Untuk Berbakti

 
Aku
Hanya orang biasa yang suka memandangi keindahan masa kini. Aku suka menikmati indahnya masa silam pada bentuk yang masih tersisa. Aku hanya ALIM yang ingin berbagi apa yang pernah aku baca, aku lihat, dan aku dengar. Aku hanya ALIM yang ingin bersama-sama menjaga kenangan sejarah yang masih tersisa.
Aksi
Asa
Menapak kembali jalanan hidup. Walau kerikil khilaf dan salah menghadang, tetap harus kita tatap. Setelah sebulan kita berusaha membasuh jiwa, agar di 1 Syawal bisa kembali ke fitrah. Mari saling buka hati untuk menebar maaf. Melanglang hari baru dengan jiwa bersih dan tujuan mulia, menjadi hamba dengan ridho Ilahi. Amin!
Aktif

Free shoutbox @ ShoutMix
Hit
free hit counters
Karapan Kambing
02 Oktober 2007
EKSPRESI MUDA KARAPAN KAMBING

Tak begitu populer, tapi yang suka tak pandang bulu. Para pemuda yang pertama meretas, kini tua-muda semua terlibas gemar karapan kambing.


Mentari dengan leluasa menebar terik pada siapa saja siang itu. Butiran keringat menetes, toh tidak mengurangi tekad para pemilik mereka yang ada di sana. Untuk terus berkompetisi, membuktikan kambing siapa yang paling jago dalam memacu kecepatan lari.
Di lapangan Pemburu, daerah Dalpenang, Kabupaten Sampang, tampak kerumunan orang. Mereka mengelilingi sebuah arena yang dikelilingi sesek (sejenis anyaman bambu, red) dengan panjang berukuran 135, dan ukuran lebar sekitar 25 meter. Berkali-kali dari arena tersebut terdengar suara-suara seperti kaleng diiringi sorak-sorai orang-orang di sana. Hingga suasana ramai pun tak terelakkan.
Di tempat terpisah tampak beberapa kelompok orang berkerumun. Diantara mereka terdapat beberapa ekor kambing yang bulunya bagus, mengkilat. Mereka adalah kelompok peserta lomba yang kabarnya datang dari berbagai daerah di pulau Madura.
Itulah arena karapan kambing, jauh berbeda memang dengan arena karapan sapi. Arena karapan sapi jauh lebih kokoh dan permanen. Sementara untuk karapan kambing begitu sederhana dan ala kadarnya. Maklum event yang bisa disebut kakayaan budaya itu belum digarap secara total.
Berangkat dari sekedar kesenangan untuk pengisi waktu luang. Kini karapan kambing berubah menjadi demam yang merebak di belantara Pulau Garam. Walaupun belum sepopuler Karapan Sapi, yang lebih dulu dikenal, karapan kambing mulai digemari kini.
Karapan kambing sebenarnya mulai merebak dalam 3 tahun terakhir. Di Sampang sendiri ternyata belum lama ramai, sekitar 6 bulan terakhir. Tempat yang digunakan untuk ajang ini masih belum permanen. Sebelumnya di lapangan Duko Permai, Kelurahan Kolagan. Sekarang mengunakan lapangan Pemburu di Kelurahan Dalpenang. Setelah kemunculannya di daerah Sumenep, karapan kambing merembet ke Sampang hingga ke Bangkalan.
Masyarakat setempat, seperti penuturan Moh. Husein, 41, "Motivasi kami penyelenggarakan karapan kambing sebagai media hiburan alternatif," jelasnya. Ini sekaligus sebagai sarana penyaluran bagi kalangan pemuda untuk mendapatkan kesenangan. Menurut Husein, sangat bermanfaat untuk mengurangi dampak negatif kegiatan para pemuda itu.
Selama ini banyak diantara mereka yang gemar melakukan balapan motor liar (trek-trekan) pada malam Minggu. Diakuinya dengan adanya karapan kambing bisa pula mengurangi kegiatan-kegiatan negatif lain. Bahkan Husein mencatat karapan kambing ini lebih banyak digemari kalangan muda.
Apresiasi masyarakat ternyata begitu bagus. Animo masyarakat sangat tampak. Di Sampang saja sedikitnya terdapat 70 orang pemilik kambing karapan. Pejabat pemerintahan setempat pun tak melepaskan perhatiannya. Event Polagan Cup, yang memperebutkan hadiah utama sebuah sepeda motor, berkenan dibuka oleh Bupati Sampang.
Kalau kita perhatikan karapan sapi peminatnya sangat jelas, yaitu mereka orang-orang kaya. Sementara karapan kambing tidak demikian. Mereka dari kalangan menengah pun bisa turut berpartisipasi di ajang ini. Di karapan sapi golongan masyarakat menengah ke bawah, secara finansial tidak mampu untuk memiliki atau memeliharanya. Sapi karapan harganya sekarang bisa mencapai ratusan juta, belum lagi dengan biaya perawatannya. Sedangkan kambing karapan harga di kisaran tiga juta rupiah saja sudah bagus.
Pagi itu yang datang turut serta sebanyak 54 ekor kambing. Agar jalannya baik, dalam setiap lomba selalu dibuatkan skema peserta perlombaan yang dibagi menjadi beberapa pol. Dan setiap pol terdiri dari 20 nama kambing peserta. Menurut panitia pelaksana ini sekedar untuk mempermudah aduan antara kambing yang satu dengan kambing yang lain.
Terdapat tujuan ideal yang tersimpan dalam setiap kegembiraan penyelenggaraan karapan kambing. "Pada dasarnya adalah untuk mencari teman atau saudara," tutur Husein, yang ditemui Mossaik di tengah kesibukannya mengatur peserta. Pada kesempatan tersebut diikuti oleh peserta dari semua kabupaten di Madura.
Panitia pelaksana event itu menyatakan, akan membuat rutin kegiatan karapan itu setiap tahun, rencananya diantara bulan April dan Mei. "Semua memang berharap agar bisa rutin dan menjadi lebih semarak," ujarnya lagi.
Di Sampang sendiri masih baru dilaksanakan setiap dua minggu sekali, setiap hari Sabtu dan Minggu pada minggu kedua dan minggu keempat. Kata Husein, ini juga terkait dengan jadwal kegiatan karapan kambing yang diselenggarakan di kabupaten lain. Jadi sengaja dibuat semacam estafet. Kabarnya di Sumenep juga dilakukan hal serupa. Karapan kambing juga dilakukan sekali setiap dua minggu, pada minggu pertama dan ketiga.
Dari berbagai kebiasaan dan datang dari semua penjuru Madura, berkumpul di sebuah arena. Berbaur dalam sebuah kompetisi. Tak jarang komunikasi pun terjalin, di balik persaingan saling menjagokan kambingnya masing-masing. Bahkan terbersit di benak mereka, bagaimana jika kelak karapan kambing dibuatkan agenda rutin. Sehingga ke depan bisa disejajarkan dengan karapan sapi.

Layanan Plus

Istimewa memang kambing-kambing karapan ini. Tidak seperti kebanyakan kambing peliharaan yang lain, kambing karapan harus mendapat pelayanan ekstra dari empunya. Jika kambing kebanyakan, dibiarkan di ladang atau tegalan untuk memakan sendiri rumput yang ada di depannya. Tidak demikian dengan kambing-kambing karapan.

Bayangkan, makan saja kadang disuapi belum lagi makanan yang diberikan itu tidak asal-asalan. Itu masih belum menilik komposisi ramuan jamu yang harus diminumnya setiap hari. Satu hal lagi, seluruh bulu di badannya harus dipotong pendek dan rapi. Belum lagi terapi pijat yang juga harus rutin diberikan.
Tak salah memang bila kambing-kambing karapan ini akan mendapat sesuatu yang lebih. Bila ia bisa sukses di arena karapan, bukan saja akan memberikan kesenangan tapi juga kebanggan. Konon setiap kemenangan yang diraih pula mampu mengangkat nama pemiliknya. Setidaknya menjadi terkenal di kalangan tersebut.
Ada yang berbeda pada Luqman, adalah salah satu dari sekian pemilik kambing karapan. Tampaknya kambing-kambingnya sekarang sedang berada di atas angin. Dalam beberapa lomba terakhir, acap menjadi juara.
Sejauh ini pengalaman Luqman, tidak merasa kesulitan dalam merawat kambing karapannya itu. Bahkan yang paling sering dilakukannya adalah menggiring kambing-kambing karapannya itu ke tegalan. Agar kambingnya itu makan rumput di alam bebas. Jarang sekali dia menyediakan rumput untuk kambingnya itu. Tapi diakui Luqman kalau selama ini dia juga dibantu oleh seseorang yang bertugas khusus untuk merawat kambing-kambingnya itu.
"Yang namanya kambing karapan, tetap harus mendapat supplemen makanan. Bila siang hingga sore kambing-kambing itu makan sendiri di ladang, malam harinya kambing tersebut akan mengkonsumsi supplemen," urai Luqman.
Penuturan Luqman, supplemen yang diberikan kepada kambing-kambingnya itu terdiri dari telur ayam kampung, antara 10-15 butir, ditambah minuman energi yang banyak dijual di pasaran. Serta ditambah sari ginseng. "Kalau ditaksir biaya yang terpakai untuk perawatan saja bisa mencapai satu juta rupiah per bulan," tambahnya.
Perawatan spesial lainnya yang di dapat kambing-kambing karapan itu seperti, pertama bulu-bulu kambing itu harus dicukur tipis. Setiap hari kambing itu akan dimandikan tiga hingga empat kali sehari dengan air hangat dan shampoo. Selain itu juga akan mendapat pijatan-pijatan di beberapa bagian tubuhnya.
Luqman mengaku, mulai memelihara kambing karapan sejak lima bulan lalu (akhir Nopember 2004). AC Milan kambingnya dibeli seharga Rp 2,1 juta di Sumenep. Setelah terbukti beberapa prestasi diraihnya, kini tawaran untuk terhadap AC Milan pun berdatangan. Terakhir, kambing berwarna hitam dengan kombinasi putih di kepala itu ditawar dengan harga Rp 6 juta. Tapi sayang, Luqman belum ingin menjualnya.
"Seandainya ada yang mau menukar kambing saya dengan sepeda motor baru dari dealer, mungkin saya mau," tukas Luqman. Jika ada yang mau membelinya seharga Rp 13 juta, sepertinya dia akan melepas kepemilikan kambingnya.
Awalnya Luqman hanya sekedar senang melihat lomba karapan kambing. Lama-kelamaan tertarik juga, kemudian mulai dia mencari-cari informasi tentang kambing karapan. Tak lama berselang, datang seorang temannya mengajaknya untuk memelihara kambing karapan. Maka pergilah Luqman ke Sumenep, karena memang di Sumenep lah sumbernya kambing karapan sementara ini.
Luqman menuturkan masih ingin terus menggeluti karapan kambing itu, sepanjang kambing-kambing miliknya masih mampu berprestasi. Dia masih mempunyai kinginan yang lebih tinggi. Luqman ingin kambing karapan miliknya menjadi yang tercepat di pulau Madura. Bahkan ke depan, Luqman mengaku masih punya rencana untuk menambah lagi jumlah kambing karapannya. "Saya ingin nambah satu kambing karapan lagi," ujar kelas 2, SMA 1 Sampang itu.
Luqman juga punya harapan, di masa mendatang menginginkan agar kedua kambingnya terus merajai di setiap lomba karapan kambing. Hingga sekarang, masih kambingnya si AC Milan lah yang memegang rekor tercepat di Sampang, yaitu 10,2 menit.
Kambing karapannya yang bernama AC Milan sudah empat kali menggondol juara dengan berbagai hadiah, seperti TV 20" hingga sepeda motor. Kambing tidak sekedar jagoan kandang, terbukti di Sumenep pernah dua kali berturut-turut menjadi juara. Munurut Luqman, kedua kambingnya itu sudah menjadi langganan juara, biasanya nomor satu dan dua.
Obsesi Luqman itu masih ingin terus merambah lebih banyak lagi ajang lomba karapan kambing. Setiap kali ada event karapan, biasanya para pemilik kambing yang ada di seluruh daratan pulau Madura akan mendapat undangan dari panitia.
Luqman dalam menekuni kegemarannya ini ternyata pula mendapat dukungan dari orang tuanya. Tidak tanggung-tanggung, mulai dari dukungan moril hingga materiil. "Mereka juga ikut senang kalau kambing saya menang," ucapnya. Beberapa hadiah yang telah pernah digondolnya berupa dua buah televisi, sepeda gunung, dan yang terakhir berupa sepeda motor. Karena memang hingga kini hadiah dari lomba karapan kambing ini belum pernah dalam bentuk uang.
Cerita Luqman itu hanya bagian kecil dari sekian pemilik kambing. Karapan kambing memang ada, dan itu digali dari budaya asli masyarakat. Atau bahkan mungkin tidak akan kita temukan di tempat lain. Adakah kita perlu untuk melestraikannya?
Belum lah banyak yang kenal karapan sapi, karenanya ia kurang populer. Seandainya mereka yang terkait dengan kepentingan budaya atau hal sosial setempat bersepakat. Menjadikan ajang karapan sapi sebagai salah satu agenda. Maka makin kaya pula khasanah budaya bangsa ini. Dan makin banyak pula yang bisa kita tawarkan pada wisatawan. Pasti bisa! -az alim

Dimuat di Majalah Mossaik, Edisi April 2005

Label:

posted by Alim @ Selasa, Oktober 02, 2007  
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home
 
About Me

Name: Alim
Home: Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
E-mail: parama.j@gmail.com
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Template by

Free Blogger Templates

BLOGGER