Pusakanesia

Pusaka Negeri Untuk Berbakti

 
Aku
Hanya orang biasa yang suka memandangi keindahan masa kini. Aku suka menikmati indahnya masa silam pada bentuk yang masih tersisa. Aku hanya ALIM yang ingin berbagi apa yang pernah aku baca, aku lihat, dan aku dengar. Aku hanya ALIM yang ingin bersama-sama menjaga kenangan sejarah yang masih tersisa.
Aksi
Asa
Menapak kembali jalanan hidup. Walau kerikil khilaf dan salah menghadang, tetap harus kita tatap. Setelah sebulan kita berusaha membasuh jiwa, agar di 1 Syawal bisa kembali ke fitrah. Mari saling buka hati untuk menebar maaf. Melanglang hari baru dengan jiwa bersih dan tujuan mulia, menjadi hamba dengan ridho Ilahi. Amin!
Aktif

Free shoutbox @ ShoutMix
Hit
free hit counters
Rumah Pompa
23 Oktober 2007
Kecipak Tersisa
Rumah Pompa Kalidami

D
ari 27 rumah pompa, dengan 92 unit pompa yang ada di Surabaya yaitu sebagai sarana penunjang pengendalian banjir, satu diantaranya adalah rumah pompa Kalidami. Menurut informasi salah seorang penjaga di sana, fisik bangunan itu didirikan sejak tahun 1982. Beberapa informasi lain bahkan menyebutkan pompa kalidami tersebut berdiri sejak 1979.
Lokasinya relatif berada di daerah ramai, yaitu di kawasan Kertajaya, tepatnya di jalan Manyar Kertoarjo Gg. V. Dengan demikian tugasnya relatif berat, yaitu mengamankan kawasan, yang belakangan menjadi salah satu sentral aktivitas dan kesibukan warga kota Surabaya itu, dari genangan air.
Namun tidak itu saja, sebagai salah satu saluran primer, dari 30 yang ada, saluran Kalidami juga harus menampung kiriman air dari 12 saluran sekunder lainnya. Data tentang saluran sekunder yang menuju saluran Kalidami bisa dilihat pada bagian akhir tulisan ini.
Saluran Kalidami memiliki panjang 4.270 meter dengan lebar antara 18-20 meter, dengan elevasi air normal antara 80-90 centimeter. Untuk membantu aliran arus di sana maka dibangunlah rumah pompa di bibir saluran Kalidami. Di depan rumah pompa tersebut juga terdapat pintu air dengan system manual, sebanyak lima unit.
Pintu air ini juga merupakan piranti lain dalam menanggulangi banjir. Ketika kondisi normal, cukup pintu air di buka maka aliran air langsung menuju ke laut. Tidak demikian ceritanya kala hujan turun dengan deras, terlebih di malam hari ketika air laut mulai pasang. Pintu air ditutup rapat, fungsinya menjadi penghalang agar air tidak kembali ke hulu. Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena bila air laut pasang elevasinya menjadi lebih tinggi dari daratan di kota Pahlawan ini.
Belakangan pompa bagaikan menjadi piranti andalan untuk mengatasi luapan aliran air di beberapa saluran di kota ini. Tak ayal dinas terkait melakukan langkah-langkah seperti meningkatkan kuantitas pompa yang ada atau dengan meningkatkan kualitas, yaitu dengan mengganti pompa yang sudah lama dengan yang lebih baru.
"Mekanisme pompa ini prinsipnya untuk mempercepat aliran air, yaitu dengan menutup pintu-pintu air, kemudian memompa air," tutur Harri, 21, yang mengaku bekerja menggantikan bapaknya (Kukuh Affandi Alm.) sebagai petugas jaga rumah pompa Kalidami. Pompa-pompa tersebut dijalankan apabila genangan air di sungai tersebut mulai meninggi. Sayang, membaca elevasi air di sungai tersebut masih dilakukan dengan sederhana. Bahkan di sungai tersebut tidak dijumpai parameter yang menunjukkan dengan jelas berapa ketinggian air. Satu-satunya yang menjadi indikasi adalah bekas endapan lumpur yang menempel di dinding plengsengan dekat pintu air.
Jumlah pompa Kalidami, terdiri dari 5 unit Skrup Pump, 1 unit Tranformator berkekuatan 465 KVA, 1 unit Generator Set, berkekuatan 225 KVA, dengan area pematusan 1500 m2. Kekuatan mesin pompa masing-masing debet 1,3 m3/detik. Tiga unit yang pertama ada buatan Jerman, dan dua unit mesin tambahan buatan Taiwan.
Harri yang dalam menjalankan tugasnya diteman oleh dua orang lain, mengaku puncak dari pekerjaan mereka biasanya pada bulan-bulan Desember, Januari, Februari, dan Maret. Efektif mereka menjadi sangat sibuk bekerja selama 4-5 bulan tiap tahun. Ketiga petugas di sana, seorang berstatus PNS dan dua orang yang lain masih Honorer, termasuk Harri salah satunya.
Menurut Harri tugasnya menjadi sangat sibuk ketika musim penghujan, konon semalaman bisa tidak tidur karena harus siaga selama 24 jam. Sebaliknya pada musim-musim kemarau kerja mereka relatif santai. Indikasi seperti awan mendung, kemudian rintik hujan mulai turun, adalah dimana mereka mulai bersiap untuk mengoperasikan mesin pompa. Mereka dilarang meninggalkan tempat, bahkan cuti.
Pengalaman tahun kemarin, ketika hujan turun begitu deras. Mesin pompa yang ada di sana beroperasi mulai jam sembilan malam hingga jam lima pagi. Elevasi air sudah begitu tinggi, bahkan air juga meluap, meluber ke kampung-kampung di samping kali. "Untungnya listrik saat itu tidak sempat padam," sergahnya.
Pagi harinya, kisah Harri, mesin diistirahatkan sebentar kemudian kembali memompa hingga jam enam sore. Para penjaga terus siaga, sembari menjaga kestabilan mesin pompa bekerja, sesekali mereka mengangkat sampah-sampah yang hanyut di kali.
Selama ini sumber tenaga (power) penggerak mesin-mesin pompa tersebut menggunakan listrik pasokan PLN. Di komplek rumah pompa tersebut terdapat semacam gardu listrik. Apabila tiba-tiba mesin padam maka Genset harus dinyalakan. "Butuh waktu setidaknya 15 menit setelah genset dinyalakan untuk dapat mengoperasikan mesin-mesin tersebut kembali. Walaupun mampu untuk menggerakkan keseluruhan mesin tersebut, tapi biasanya hanya tiga mesin yang dinyalakan," papar Harri.
Mesin pompa Kalidami juga dilengkapi screen, semacam penyaring. Namun pengalaman Harri, walaupun sudah dilengkapi penyaring, pernah pula bongkahan kayu sampah masuk hingga mengganjal baling-baling pompa. Akibatnya, mesin pompa sontak berhenti. Para penjaga itu pun berusaha mengangkat kayu itu, agar mesin bisa kembali bekerja. "Kalau mau disebutkan, bahwa yang sering menjadi menjadi masalah pada mekanisme kerja pompa satu-satunya adalah sampah," sergahnya. Akibat sampah-sampah ini menuntut para penjaga rumah pompa ini untuk bekerja ekstra. Mereka harus mengangkatnya agar tidak mengganggu kerja mesin, lalu membakarnya. -az.alim

Nama Rayon : Gubeng, Saluran Primer : Kalidami
Saluran Sekunder, (Panjang (m)X Lebar (m)), Batas Lokasi

Srikana, (1300 X 2-5), Kertajaya gg KA s/d Sal. Kalidami
Juwingan, (1400 X 4-5), Kertajaya s/d Sal. Kalidami
Pucang Jajar, (1500 X 3- 5), Pucang Sewu s/d Sal. Juwingan
Pucang Adi, (700 X 2-3), Pucangan s/d Sal. Pucang Jajar
Pucang Rinenggo, (800 X 1.5-3), Pucang Adi s/d Sal. Sipon
Kalibokor Menur I, (1100 X 4-5), Sal. Kalibokor s/d Sal. Kalidami
Menur II, (300 X 1.5- 4), Jojoran I s/d Sal. Kalidami
Kedung Tarukan, (1700 X 8-14), Dharmahusada s/d Sal. Kalidami
Kedung Sroko, (550 X 4-6), FKG Unair s/d Jl. Dharmahusada
Ring Road ITS, (1200 X 6-6), Gebang s/d Sal. Kalidami
Manyar Sabrangan, (1300 X 3-4), Sal. Menur s/d Jl. Klampis jaya
Manyar Kertoadi, (1500 X 1-4), Klampis Jaya s/d Sal. Ring Road ITS

Sumber: DPP Banjir, Pemkot Surabaya


* Dimuat di Majalah Mossaik, Edisi Maret 2005

Label:


Komplitnya !
posted by Alim @ Selasa, Oktober 23, 2007   0 comments
About Me

Name: Alim
Home: Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
E-mail: parama.j@gmail.com
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Template by

Free Blogger Templates

BLOGGER