Pusakanesia

Pusaka Negeri Untuk Berbakti

 
Aku
Hanya orang biasa yang suka memandangi keindahan masa kini. Aku suka menikmati indahnya masa silam pada bentuk yang masih tersisa. Aku hanya ALIM yang ingin berbagi apa yang pernah aku baca, aku lihat, dan aku dengar. Aku hanya ALIM yang ingin bersama-sama menjaga kenangan sejarah yang masih tersisa.
Aksi
Asa
Menapak kembali jalanan hidup. Walau kerikil khilaf dan salah menghadang, tetap harus kita tatap. Setelah sebulan kita berusaha membasuh jiwa, agar di 1 Syawal bisa kembali ke fitrah. Mari saling buka hati untuk menebar maaf. Melanglang hari baru dengan jiwa bersih dan tujuan mulia, menjadi hamba dengan ridho Ilahi. Amin!
Aktif

Free shoutbox @ ShoutMix
Hit
free hit counters
Surabaya Lama
06 Agustus 2007
Debu Jaman Mengikis Bubutan

Di antara derap modernitas kota, serta kegemaran mengusik sisa masa silam. Yang tersisa secuil nama yang melekat di dinding-dinding tertinggal.

Deru kendaraan mengalir dalam laju di sepanjang jalan Bubutan. Pertumbuhan Kota Pahlawan ini begitu cepat. Secara langsung terbukti telah membawa perubahan bagi setiap sisa peninggalan masa lalunya. Di sepanjang jalan yang berujung di kawasan monumen perjuangan Arek Suroboyo, Tugu Pahlawan, itu masih tampak teduh dengan lingkup pohon-pohon besar yang berdiri tegak di pulau tengah jalan.
Menjadi salah satu kawasan perdagangan yang tak kalah ramai dengan daerah lain di Surabaya, sudah menjadi takdir daerah Bubutan. Ragam toko yang menyediakan produk dagangan mulai dari permesinan hingga garmen ada di sana.
Di sisi Timur lebih banyak toko pedagang, sedangkan di bagian Barat lebih variatif mulai dari toko-tolo reparasi kendaraan bermotor, gedung serba guna, hingga rumah sakit yang kini sudah tersisa sedikit puing bangunannya. Konsepnya akan tetap dipertahannya, berhimpit dengan pusat perbelanjaan yang siap berdiri di sisinya.
Belum lagi disangga oleh daerah-daerah di sekitarnya, yang juga menjadi sentra perdagangan yang ramai, seperti Praban, Blauran, Raden Saleh, Pasar Turi, dan Baliwerti. Menjadikan kawasan ini semakin tegar menopang perekonomian Surabaya.
Itu semua merupakan gambaran kekinian dari Bubutan. Adakah di antara kita masih dengan sadar mengetahui sebuah wilayah yang dulu dikenal dengan kampung Bubutan. Kampung di mana masih kental kaitan benang sejarah antara masa kejayaan kerajaan Surabaya di abad pertengahan, dengan masa di mana negeri ini berebut kedaulatan dengan para penjajah bangsa.
Masa kejayaan kraton yang masih tersimpan walau hanya dalam kemasan dongeng turun-temurun. Tentang ragam cerita kawasan yang masih termasuk area keraton di abad pertengahan. Dan masa kolonial yang terekam dalam bentuk arsitektural khas di masa itu. Hingga kini beberapa di antaranya masih ada dan tetap eksotis.
Dari paparan Haji Musa, seorang warga yang tinggal di daerah Kawatan sejak 73 tahun silam, di daerah tersebut memang ada kampung Bubutan dan juga ada kampung Kawatan, di mana dia tinggal hingga sekarang. "Semua memang berada di sekitar jalan Bubutan, tapi kampungnya sendiri-sendiri," papar kakek dengan 12 orang cucu ini.
Menurut Musa, yang dia tahu, di sekitar jalan Bubutan terdapat sedikitnya tiga kampung. Kampung Bubutan, kampung Kawatan, dan kampung Maspati. Tentang sejarah kelahiran kampung-kampung tersebut dia merasa buta, karena sama sekali dia tidak pernah mendapat referensi tentang hal itu.
Musa mengaku, kalau beberapa gedung di sekitar jalan Bubutan itu memang merupakan bangunan lama. Demikian beberapa bangunan yang sempat dijumpai di masa kecilnya namun sekarang sudah tiada terkikis jaman, seperti Hotel Sentrum yang letaknya di ujung Selatan jalan Bubutan.
Bapak delapan anak yang mengaku sempat menjadi tukang radio di masa mudanya itu, menyebut nama bangunan seperti GNI, bekas gedung RS Mardi Santoso, dan bangunan yang kini dipakai sebagai kantor Polresta Surabaya Utara. Menurutnya sejak dulu kantor Polisi ini sudah digunakan oleh kepolisian, yang pada masa itu namanya masih Kepolisian Seksi III.
Dia mengaku sejak lahir tinggal di Kawatan. Namun dia menyatakan tidak pernah tahu asal mula adanya Bubutan. Penuturannya, sejak dia lahir sudah ada yang namanya Bubutan. Pria yang mengaku pernah melalui era mulai dari jaman kolonial, jaman Jepang, jaman revolusi, hingga jaman reformasi ini, menyebut Gedung Nasional Indonesia (GNI) salah satu yang tersisa dari masa silam daerah Bubutan.
Beberapa bangunan yang sempat diamati Mossaik, memang masih menyiratkan ketuaannya. Yang paling banyak adalah bangunan rumah tinggal bergaya khas arsitektural masa kolonial. Ciri-ciri bangunan tinggi, dengan pilar-pilar di bagian muka. Juga kusen jendela dan pintu yang cukup tinggi menempel di tembol tebal. Sangat kentara gaya para arsitek Eropa yang bekerja keras menyiasati iklim Nusantara.
Beberpa sumber menyebutkan gaya seni arsitektural ini sangat marak di tahun 50 -an. Menyusuri gang-gang kecil di sekitar Bubutan, sekilas tampak tertata berdasar konsep yang baik. Memasuki gang-gang di sekitar kampung Maspati, serasa kita berada di atmosfir kampung kolonial.
Bagus, rumah-rumah dengan krei pada bagian depannya masih banyak dijumpai. Konon ini merupakan asimilasi budaya ketika orang-orang Islam masuk. Bagaimana mereka menyiasati suatu penghalang pandangan, agar orang yang di luar tidak bisa langsung melihat ke bagian dalam rumah.
Yang tersisa di Bubutan, secara fisik, masih ada, walau itu hanya lah dari masa kolonial. Bila menarik lebih jauh lagi ke masa keemasan kerajaan Surabaya, di abad pertengahan. Sudah tak ada yang bisa kita jumpai. Kecuali nama-nama dan jejak kisah dari sebagian kecil orang.
Padahal dari hipotesa salah seorang narasumber Mossaik, menyebutkan kalau penataan kawasan Surabaya pada masa itu sudah sangat mengagumkan. Dengan kraton sebagai pusatnya, kota Surabaya sudah ditata sedemikian rupa dengan konsisten dan konsekuen.-az alim

*Dimuat di Majalah Mossaik, Edisi Mei 2006

Label:


Komplitnya !
posted by Alim @ Senin, Agustus 06, 2007   0 comments
Sejarah Surabaya
Butotan Jadi Bubutan

Pesatnya pertumbuhan kota mengancam eksistensi kampung. Dongeng tentang kampung, terlebih berkaitan dengan asal-usul terbentuknya merupakan keasyikan tersendiri. Namun demikian tidak mudah adanya untuk menuangkan dalam tulisan secara jelas.
Johan Silas, Prof. menyebutnya, hal ini terkait dengan ragam versi yang sangat kaya dan hidup. Dalam buku Surabaya Lintas dan Langkah (1994), ahli tata kota ini menyatakan, "Kayanya dongeng-dongeng di Surabaya sama kayanya dengan nama dan arti yang disandang kampung-kampung bersangkutan."
Menilik keberadaan kerajaan kecil Surabaya, yaitu berdiri sekitar tahun 1365. Di awal kehadirannya memang berupa kelompok-kelompok kampung, yang konon, berada di sekitar Kali Mas. Beberapa kampung merupakan bentukan pihak keraton sebagai bagian dari fasilitas bagi kalangan istana. Sementara kampung Kraton sendiri, juga kampung Carikan, kabarnya dulu berada di antara jalan Pahlawan dan jalan Kramat Gantung yang sekarang.
Kelengkapan kraton ini diantaranya adalah adanya alun-alun yang berada di sebelah Utara kraton. Dan di alun-alun ini kabarnya terdapat lapangan Kawatan (yang diambil dari nama salah satu jenis tanaman) dan Kebon Rojo. Kemudian dalam perjalanan menjadi kampung Kawatan (di sebelah Barat kraton), dan kampung Kebon Rojo (di sebelah Utaranya).
Di sebelah Selatan kampung Kawatan juga terdapat kampung Tumenggungan. Sesuai namanya, kampung ini merupakan tempat bermukim para Tumenggung kerajaan Surabaya. Kemudian juga terdapat kampung Maspatih, kampung ini merupakan tempat tinggal para patih yang bertugas langsung di karaton. Sementara para patih yang bertugas luar atau yang langsung berhubungan dengan rakyat di berikan lokasi tempat tinggal di sebelah Timur karaton, disebut kampung Kepatihan.
Di sekitar kampung Tumenggungan terdapat kampung Praban. Kawasan ini merupakan tempat tinggal para Prabu Kerajaan Surabaya. Kemudian agak ke Barat, terdapat kampung Kranggan. Ini merupakan tempat tinggal para ronggo, alias para pembuat keris.
Johan Silas menyebutkan masih ada dua kampung lagi sebenarnya di kawasan tersebut. Yaitu kampung Ngabla dan kampung Panayatan, sayangnya kedua kampung tersebut kini sudah hilang. Ngabla adalah mereka yang bertugas sebagai juru bicara kerajaan. Sedangkan Panayatan adalah orang-orang yang menjabat sebagai pengurus kerajaan, bisa jadi mereka adalah kumpulan para penasehat raja.
Di sebelah selatannya Kranggan terdapat kampung Ketandan. Kata ketandan berasal dari kata Ketandang atau Prang tandang yang berarti prajurit pengawal. Jadi kampung ini merupakan kediaman para prajurit pengawal kerajaan Surabaya.
Masih di bagian barat kraton, juga terdapat kampung Bubutan. Konon, nama Bubutan berasal dari kata Butotan. "Butotan sendiri merupakan istilah untuk pintu gerbang yang tanpa sekat," jelas Silas pada Mossaik.
Gerbang ini menghubungkan antara kampung Tumenggungan dengan Kraton di masa Adipati Surabaya itu, seorang tokoh legenda di ranah Surabaya jaman silam. Silas mengindikasi kata Bubutan ini lebih merupakan transliterasi dari nama butotan menjadi Bubutan.
Tidak salah bila disebut-sebut bahwa eksistensi kampung Bubutan masih terkait dengan era kraton di masa silam. Di mana lokasinya memang berada di kawasan sekitar Tugu Pahlawan dan sekitarnya. Di dalam lingkup kraton, selain pintu gerbang Utara dan Selatan yang dilengkapi dengan alun-alun Kebun Rojo di Utara dan alun-alun Contong di Selatan, di sisi Barat dan Timur dibuat gerbang pula.
Di sisi Barat, karena yang melintas adalah pejabat penting kerajaan, maka pintunya dibuat khusus dan kuat, dari sana pula arti kata butotan. Sedangkan di sebelah Timur keraton dibuat pula gerbang, yang kemudian disebut dengan Lawang Seketeng.
Waktu terus berputar, beriring dengan perubahan yang menjadi keniscayaan. Akankah sisa goresan sejarah turut sirna, walau itu sekedar nama. Bubutan hanya satu dari sekian kampung yang menjadi cikal Kota Metropolis Surabaya. Kampung-kampung yang lain masih ada, jangan pula tergerus khasanah warisan sejarahnya.-az alim

*Dimuat di Majalah Mossaik, Edisi Mei 2006

Label:


Komplitnya !
posted by Alim @ Senin, Agustus 06, 2007   0 comments
About Me

Name: Alim
Home: Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
E-mail: parama.j@gmail.com
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Template by

Free Blogger Templates

BLOGGER