Pusakanesia

Pusaka Negeri Untuk Berbakti

 
Aku
Hanya orang biasa yang suka memandangi keindahan masa kini. Aku suka menikmati indahnya masa silam pada bentuk yang masih tersisa. Aku hanya ALIM yang ingin berbagi apa yang pernah aku baca, aku lihat, dan aku dengar. Aku hanya ALIM yang ingin bersama-sama menjaga kenangan sejarah yang masih tersisa.
Aksi
Asa
Menapak kembali jalanan hidup. Walau kerikil khilaf dan salah menghadang, tetap harus kita tatap. Setelah sebulan kita berusaha membasuh jiwa, agar di 1 Syawal bisa kembali ke fitrah. Mari saling buka hati untuk menebar maaf. Melanglang hari baru dengan jiwa bersih dan tujuan mulia, menjadi hamba dengan ridho Ilahi. Amin!
Aktif

Free shoutbox @ ShoutMix
Hit
free hit counters
Blitar Lama
10 April 2008
Nostalgia Sang Putra Fajar
di Istana Gebang


Rekaman sejarah terpajang di setiap dinding. Sang Proklamator dalam bingkai foto rekaman masa perjuangan. Istana Gebang, satu dari sekian saksi kebangkitan Ibu Pertiwi.

Di sepanjang Jalan Sultan Agung tampak hijau nan teduh. Pohon-pohon besar di kanan-kiri merindangi jalan yang tidak terlalu ramai itu. Udara nyaman khas Blitar berhembus pelan, bersama mentari yang terus melempar senyumnya. Liputan Wisata Mossaik, kali ini akan mengunjungi sebuah rumah atau yang lebih terkenal dengan sebutan Istana Gebang.
Istana Gebang, atau yang oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan sebutan Dalem Gebang, merupakan rumah tempat tinggal orang tua pahlawan proklamasi kita, Ir. Soekarno. Bila kita perhatikan, bangunan Istana Gebang tampak bergaya peninggalan jaman Belanda. Informasi dari penjaga setempat, (sayang dia keberatan menyebutkan namanya...) rumah tersebut sepertinya memang peninggalan Belanda.

R. Soekeni Sosrodiharjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, tidak lain adalah kedua orang tua Soekarno. Tidak ditemukan catatan pasti sejak kapan menempati rumah tersebut. Namun diyakini bangunan tersebut dibangun sekitar tahun 1914. Ditempati kedua orang tua Bung Karno setelah mereka pindah dari Mojokerto. Tepatnya ketika Soekarno masih bersekolah di HBS Surabaya.
Istana Gebang berdiri di atas lahan sekitar dua hektar. Keseluruhan bagiannya terdiri dari rumah utama, bagian ini terdiri dari ruang tamu yang cukup luas dengan perabot kursi model lama. Dan beberapa meja dan lemari kecil di sisi barat.
Selain itu juga terdapat ruang keluarga yang juga cukup lapang dengan deretan kursi kayu berkombinasi anyaman rotan. Di sana juga terdapat kursi kayu santai lengkap dengan bangku kecil sebagi penopang kaki di bawahnya. Kursi ini biasa digunakan Soekarmini Wardojo, atau yang lebih dikenal dengan panggilan Ibu Wardojo, di masa hidupnya. Soekarmini adalah kakak dari Soekarno, yang menikah dengan Wardojo sebagai suami keduanya. Karena itu pula Istana Gebang lebih akrab bagi masyarakat setempat dengan sebutan rumah Ibu Wardojo.
Bangunan ini dilengkapi lima kamar tidur. Satu di antaranya, yang letaknya paling belakang, merupakan tempat istirahat Ibu Wardojo. Ketika Mossaik masuk ke kamar tersebut, tampak bersih dan terawat. Di dalamnya terdapat tempat tidur lengkap dengan kain sprei dan selambu warna putih. Sebuah lemari dan meja rias. Serta sebuah kotak yang di dalamnya berisi keris pusaka, selain itu juga dipajang beberapa foto Bung Karno.
Di sebelah kanan rumah utama terdapat Balai Kesenian. Dulu balai kesenian itu memang digunakan sebagai tempat berekspresi bagi para seniman di sana. Di masa hidup Soekarmini Wardojo, bangunan ini juga sering digunakan untuk pementasan wayang. Dahulu, di dalamnya dilengkapi dengan seperangkat gamelan beserta wayang kulit milik mereka.
Menurut sumber Mossaik, di masa hidupnya keluarga Wardojo ini dikenal memiliki appresiasi seni yang tinggi. Kemudian mereka menyediakan tempat khusus untuk barang-barang seni itu. Secara bertahap balai kesenian itu dibangun, hingga jadi seperti yang ada sekarang. Terakhir pembangunannya dilakukan tahun 1951.
Mungkin inilah satu-satunya balai kesenian yang ada di kota Blitar. Soekarno pun pernah menjadi dalang dalam suatu pementasan di sana. Seperti yang tampak pada salah satu foto yang ada di ruang tamu Istana Gebang. Sayang, sekarang balai kesenian itu sudah jarang digunakan.
Yang tersisa hanya bangunannya saja. Gamelan dan wayang-wayang itu sudah tidak ada lagi. Kabarnya perangkat gamelan itu sudah lama dijual. Sedangkan perlengkapan wayang-wayangnya sudah dibawa oleh Guruh.
Di sebelah kiri rumah utama terdapat paviliun dengan dua kamar tidur. Hingga kini paviliun ini masih digunakan oleh para kerabat keluarga bila bertandang ke Blitar. Dan di bagian belakang terdapat bangunan dapur dan ruang makan. Di belakangnya lagi terdapat rumah penjaga, yang keseluruhan berjumlah enam orang. Masing-masing dari mereka memiliki tanggung jawab terhadap ruang atau bangunan tertentu. Rumah itu bersebelahan dengan hamparan lahan yang berupa tegalan.
Berdempet dengan dapur terdapat garasi mobil yang bisa menampung dua mobil. Tapi hanya ada satu mobil yang nongkrong di sana. MERCYDES BENZ 190 warna hitam. Mobil tersebut adalah milik ibu Wardojo. Namun demikian dari beberapa informasi, kendaraan tersebut acap digunakan oleh Bung Karno ketika berkunjung ke Blitar.
Desain Istana Gebang memang sangat kental bergaya jaman kolonial. Ini bisa diperhatikan dari arsitektural bangunannya. Bentuk bangunan yang tinggi, dengan atap genteng limasan yang juga tinggi. Terdapat bagian kaki bangunan yang terbuat dari susunan batu alam. Di atasnya dilanjutkan dengan tembok yang tebal.
Lantai yang tinggi, dengan empat anak tangga di bagian depan. Pintu yang lebar, jendela yang cukup banyak, memungkinkan sirkulasi udara mengalir maksimal layaknya bangunan kuno kebanyakan. Rangka pintu dan kusen yang kokoh, plafond yang juga tinggi, membuat sejuk udara di dalam.
Bangunan berwarna dominan putih dan abu-abu ini pernah mengalami renovasi pada beberapa bagiannya. Sekitar tahun 1984 dilakukan perbaikan pada bagian lantai, plafon dan gentengnya. Seperti pada plafond, sebelumnya terbuat dari sesek (anyaman bambu, red). Kemudian diganti dengan plafon seperti yang ada sekarang.
Seorang sumber Mossaik menyebutkan, rumah Gebang ini mengalami renovasi atas perhatian beberapa pihak. Pada tahun 1984 mendapat bantuan dari Pemerintah Jawa Timur. Kemudian pada tahun 1998 juga mendapat perhatian dari Dewan Harian 45 Jawa Timur.
Di bagian depan Istana Gebang, terhampar halaman yang cukup luas. Dahulu halaman itu merupakan hamparan tanah, dengan susunan bata di beberapa bagian. Sekarang hampir seluruh bagian halaman itu sudah tertutup batu paving.
Sementara taman kecil, tepat di depan pintu utama Istana Gebang, juga telah mengalami perbaikan. Tiang bendera yang ada di sana masih tetap seperti kondisi awalnya. Dengan beberapa bagiannya yang sudah dilapisi keramik.
Tepat di tengah halaman terdapat pohon besar, menurut penjaga namanya pohon Rindang. Konon pohon yang juga menjadi tempat berteduh ini ditanam sekitar tahun 1970. Dan di sebelahnya terdapat pohon Polo yang kabarnya berusia jauh lebih tua dari pohon Rindang tadi.

Koleksi Pribadi
Begitu banyak koleksi dokumentasi yang di pajang di Istana Gebang. Bukan hanya deretan potret yang terpampang. Beberapa perabot rumah masih terawat, dan bisa dinikmati oleh para pengunjung yang datang ke sana.
Di depan kamar, yang biasa di tempati Ibu Wardojo, terdapat patung ibunda Soekarno. Patung tersebut terbuat dari tanah liat, yang merupakan karya seorang pematung asal pulau Dewata, Bali. Patung kepala Ida Ayu Nyoman Rai dirawat dengan baik, setiap hari dibersihkan oleh penjaga.
Di setiap dinding penuh dengan foto dokumentasi Bung Karno dalam berbagai aktivitas. Selain itu terdapat berbagai lukisan sang proklamator. Di sana tampak pula foto-foto Megawati, mantan presiden RI, Ratna Sari Dewi, Hartini, Bung Hatta dan istrinya, Rahmi. Fatmawati, juga ada foto Kartika Sari, salah seorang putri Bung Karno.
Menurut penjaga di sana, foto-foto yang ada kebanyakan merupakan koleksi pribadi keluarga Bung Karno. Namun demikian ada pula yang merupakan sumbangan dari pihak lain. Seperti lukisan Bung Karno yang berwarna dominan merah, merupakan kenang-kenangan dari RT 03/ R III, Kelurahan DR. Soetomo, Surabaya, sekarang terpajang di pojok timur ruang tamu.
Istana Gebang biasanya menjadi ramai pengunjung pada setiap tanggal 21 Juni, yaitu acara Haul Bung Karno. Kalau hari biasa rata-rata jumlahnya bisa mencapai 300 orang per hari. Kebanyakan mereka berasal dari daerah barat, seperti Bandung, Tangerang dan sekitarnya. Bahkan beberapa wisatawan asing juga banyak yang berkunjung ke sana.
Namun demikian diakui pengunjung akan ramai setiap bulan Juni. Karena banyak kegiatan yang dihelat di Blitar, dan biasanya berkaitan dengan kepahlawanan Sang Putra Fajar. Seperti berbagai even Kota Blitar dan Grebeg Pancasila.
Dari keluarga Bung Karno yang masih sering datang ke sana adalah Rahmawati dan Guruh Soekarno Putra. Biasanya pada Haul Bung Karno. Sedangkan keluarga dari Ibu Wardojo sendiri, kabarnya sekarang sudah tinggal cucu-cucunya saja yang ada di Jakarta dan Surabaya. Kabarnya lagi yang sekarang menjadi satu-satunya pewaris Istana Gebang yang masih tetap memberikan perhatian adalah Ny. Impuni Herman Mujirun, yang sekarang menetap di Jakarta.
Istana Gebang mulai dibuka untuk umum sejak tahun 1986. Walaupun bangunan tersebut masih milik keluarga, tetapi pemerintah setempat tetap konsen untuk melestarikan setiap monumen bersejarah dari bangsa ini.
Istana Gebang merupakan bagian/paket tujuan wisata di Kota Blitar. Di tempat tersebut beberapa peninggalan Bung Karno dan keluarganya masih terawat dengan baik. Umumnya para wisatawan kalau datang ke Blitar, setelah ke makam Bung Karno akan mampir ke Istana Gebang.

* Dimuat di Majalah Mossaik, Edisi Juni 2005

Label:


Komplitnya !
posted by Alim @ Kamis, April 10, 2008   0 comments
About Me

Name: Alim
Home: Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
E-mail: parama.j@gmail.com
See my complete profile
Previous Post
Archives
Links
Template by

Free Blogger Templates

BLOGGER